Rabu, 27 Februari 2008

ArtI Lambang HMI


1. Bentuk huruf alif: sebagai huruf hidup, melambangkan rasa optimisme bagi kelangsungan hidup HMI pada masa depan;
2. Huruf alif merupakan angka 1 (satu): simbol kehidupan ber-Tauhid (perasaan ber-Ketuhanan, sebagai dasar / dan semangat HMI;
3. Bentuk perisai: lambang kepeloporan HMI;
4. Bentuk jantung: sebagai pusat kehidupan manusia, melambangkan fungsi perkaderan HMI;
5. Bentuk pena: melambangkan HMI organisasi mahasiswa yang senantiasa haus akan ilmu pengetahuan, teknologi, dan informasi;
6. Gambar bulan bintang: lambang kejayaan umat Islam seluruh dunia;
7. Warna hijau: lambang keimanan, keislaman, dan kemakmuran (Keteguhan Iman)
8. Lambang hitam: lambang ilmu pengetahuan (Kedalaman Ilmu)
9. Keseimbangan warna hijau dan hitam: lambang keseimbangan, esensi, dan kepribadian HMI;
10. Warna putih: lambang kemurnian dan kesucian perjuangan HMI.
11. Puncak tiga: lambang Iman, Islam, dan Ikhsan, serta wujud keterpaduan antara iman, ilmu, dan amal; dan
12. Tulisan HMI: singkatan dari Himpunan Mahasiswa Islam.

Syarat Berhasilnya Gerakan Islam

“Binasanya suatu bangsa adalah manakala bangsa itu tidak lagi punya harapan untuk bangkit, dan hilangnya harapan untuk bangkit itu karena hancurnya moral dan akhlaq bangsa.” Hidayat Nur Wahid

Gerakan Islam bermacam-macam tetapi tidak ada satupun yang benar-benar menuai kesuksesan. Adanya gerakan Islam hanya menciptakan "ruang-ruang kosong ditengah peradaban", kemiskinan, angka penganguran yang begitu tinggi dan "Intelektual gembel" (Oliver Roy, Gagalnya Politik Islam) serta menjadi sumber instabilitas di dunia dari perdamaian (Samuel P. Hutington, The Clash of Civilizatian) itulah pendapat para orirntalis yang mencoba memberikan pandangan secara obyektif. Berikut ini saya coba paparkan syarat-syarat keberhasilan Gerakan Islam belum pada penjelasan rinci hanya pada pointer-pointernya :
  1. Bersyukur dan Ikhlas
  2. Berdoa dan Ikrar (Azzam untuk bersungguh-sungguh)
  3. Persiapan I'dad dan Jihad yang benar
  4. Rasional (sesuai Sunnatullah) dan jangan konyol
  5. Jauhi Fitnah (kerusakan) dan Syubhat (Ambivalensi)
  6. Berani mati

Puisi Cintanya Zaskia Mecca

cinta
yg dicipta
dalam satu
hembusan nafas

melalui
jalan cahaya
diatas cahaya
diatas cahaya

kadang....

hanya ngiang
dari angkuhnya
peradaban-peradaban

kalau saja
ada yg terhempas darinya
dan bertanya

"aku ini siapanya cinta"

selalu ada jawabnya
entah kepada jasad
entah kepada jiwa

mungkin

kepada
ruang
waktu

atau
jagad sesudah fana

wahai yg
maha
memandangiku

sebelum
kau panggil
aku

biar sekali lagi
kupertanyakan......

aku ini
siapanya cinta



zaskia mecca
february 08, 24 00:00

Selasa, 26 Februari 2008

Milad yang Meriah


Ketua MPR: HMI Harus Memberi Solusi pada Bangsa.
Oleh :HARIAN REPUBLIKA


JAKARTA-- Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), menurut Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) RI Dr Hidayat Nur Wahid, harus ikut memberi solusi di tengah majemuknya persoalan yang dihadapi bangsa. ''HMI harus hadir memberi kontribusi positif sebagai organisasi mahasiswa Islam terbesar di Indonesia,'' katanya dalam peringatan Milad HMI ke-61 di Jakarta Media Centre (JMC), Sabtu (23/2).


Hidayat mengatakan, sebagai bagian dari umat Islam dan bangsa, HMI harus benar-benar mengabdikan dirinya untuk ikut melakukan perubahan di Indonesia. ''Sepuluh tahun reformasi, negeri ini masih dipenuhi permasalahan di berbagai bidang. Baik politik, ekonomi, sosial, termasuk kedaulatan bangsa. Komitmen HMI harus benar-benar hadir untuk mengusung munculnya perubahan,'' ujarnya.


Ia menyatakan, HMI tidak boleh lagi hanya mengandalkan keunggulan sejarahnya, tapi juga harus selalu sadar dengan tanggung jawab sejarah yang mesti selalu diaktualisasikan. ''Masalah di Indonesia ini sudah sedemikian akut. Tanggung jawab sejarah HMI adalah menegakkan cita-cita organisasi yang harus sejalan dengan cita-cita bangsa,'' tandasnya.


Ia juga mengingatkan, perjuangan untuk melakukan perubahan, apalagi dalam mengusung identitas Islam tidaklah mudah. Termasuk ketika menghadapi kenyataan kompleksnya persoalan di Indonesia. ''Anak-anak muda kadang terlalu memikirkan perubahan itu harus revolusioner. Padahal realitas tidak seperti yang diharapkan. Saya pesan pada kader-kader HMI jangan terjebak apatisme kalau kenyataan tidak sesuai dengan yang diperjuangkan,'' tandas dia.


Hidayat mengingatkan, HMI harus tulus dalam menjalani perjuangan dan jangan sampai justru merugikan umat Islam. ''Jangan sampai karena terbentur realitas, HMI justru menjual umat untuk mendapat keuntungan pragmatis kader-kadernya,'' tandasnya lagi.


Dalam acara Milad HMI ke-61 ini, Hidayat Nur Wahid yang juga alumni HMI mendapat penghargaan HMI Award untuk kategori 'Tokoh Politik Bangsa'. Hidayat dinilai HMI sebagai tokoh politik yang memiliki track record bersih sebagai politisi, secara pribadi memiliki integritas tinggi, dan telah mengeluarkan kebijakan yang prorakyat dalam kiprahnya pada dunia politik Indonesia. Ketua PB HMI, Syahrul E Dasopang, secara langsung menyerahkan penghargaan HMI Award ini kepada Ketua MPR Hidayat Nur Wahid selesai memberikan sambutan.


Ada empat kategori HMI Award lainnya, yakni Intelektual Muda yang dimenangkan oleh Dr Anies Baswedan; Tokoh Pendidikan dimenangkan oleh Dr Mansour Faqih (alm), Tokoh Berkontribusi Besar Bagi HMI yang dimenangkan oleh Awalil Rizky, dan kategori Politisi Islam Masa Depan dimenangkan oleh Tamsil Linrung. Masing-masing penerima HMI Award berhasil mengalahkan empat nominator lain di setiap kategori, melalui satu mekanisme poling yang melibatkan cabang-cabang HMI di seluruh Indonesia yang berjumlah 60 cabang.


Berita ini dimuat berdasarkan release yang disampaikan Tim HMINEWS.COM kepada Harian Republika, Sabtu (23/2), malam.

Milad HMI


Ketua MPR, Hidayat Nur Wahid berbicara dalam milad HMI ke-61 di Jakarta. Hidayat mengatakan HMI harus memberikan solusi kepada bangsa (FOTO: HMINEWS/Ariwan)

Posting dari HMInews.com

Demokrasi Indonesia

Presiden SBY dan Ben Goddard, Presiden IAPC, seusai penyerahan The Democracy Award di Nusa Dua, Bali, Senin (12/11) pagi. (foto: anung/presidensby.info)
Indonesia menjadi negara berpenduduk mayoritas muslim pertama yang dinilai sungguh-sungguh demokratis oleh Asosiasi Internasional Konsultan Politik (IAPC). Oleh karena itu, bertepatan dengan dibukanya Konferensi IAPC ke-40 di Nusa Dua Bali hari Senin (12/11) PAGI, IAPC menganugerahkan Medali Demokrasi kepada rakyat Indonesia.

Rakyat Indonesia dinilai telah membuktikan kepada dunia bahwa mengembangkan dan mempraktekkan sistem yang sungguh-sungguh demokratis tidak bertentangan dengan Islam, tapi justru menyemangati dan mendukung sistem demokrasi tersebut. IAPC menilai Indonesia berhasil mengembangkan dan mempraktekan demokrasi seperti terbukti dengan terselenggaranya pemilihan umum dan terpilihnya Presiden SBY, yang justru berasal dari partai politik yang kecil dan baru dibentuk. Transisi kekuasaan dari mantan Presiden Megawati kepada Presiden SBY pun dinilai lancar dan damai yang mencerminkan kesadaran terhadap demokrasi yang cukup besar diantara rakyat Indonesia.

Menurut Presiden IAPC, Ben Goddard, ini adalah untuk pertama kalinya Medali Demokrasi diberikan kepada rakyat sebuah negara, karena para penerima sebelumnya adalah tokoh - tokoh secara perorangan. Sebelum rakyat Indonesia, Medali Demokrasi telah dianugerahkan IAPC antara lain kepada Presiden Filipina Corazon Aquino, PM Inggris Margaret Thatcher, Presiden Rusia Mikhail Gorbachev dan Boris Yeltsin, Presiden AS Jimmy Carter, dan Aung San Suu Kyi.

IAPC adalah sebuah organisasi profesi dunia yang berdiri pada tahun 1968, dengan anggota para penasehat senior dalam bidang politik dan kemasyarakatan yang berkomitmen mengembangkan demokrasi di seluruh dunia. Organisasi ini memiliki anggota di 20 negara, dengan misi memperjuangkan demokrasi di seluruh dunia dan menganugerahi Anugerah Demokrasi Internasional IAPC pada negara yang dinilai berhasil melaksanakan demokrasi.(nnf)

 Posting dari http://www.presidenri.go.id/

Kekhilafan Islamiyah

Banyak sekali deretan nama-nama gerakan Islam yang coba memperjuangkan tatanan kehidupan yang berjalan sesuai dengan ajaran Islam(baca Syariat Islam). Tetapi kebanyakan gerakan itu menemui jalan buntu atau bahkan kandas ditengah jalan. Gejala apa ini sebenarnya. Secara normatif mungkin bisa saja kita mengatakan, nereka belum bersungguh-sungguh memperjuangkannya atau perjuangan mereka belum kaffah dsb. Tapi jika menilik balik gejala-gejala semacam itu mesti disangkalnya dan tidak diakuinya sebagai kelemahan. Itulah kekerdilan umat Islam yang tidak mau berkaca pada sejarah. Boleh jadi sekarang inilah yang dinamakan "generasi buih".

Selasa, 19 Februari 2008

Senin, 11 Februari 2008

Indahnya Hukum Islam

Uskup Agung Canterbury Minta Hukum Islam Diizinkan di Inggris
Oleh :Harian Republika

LONDON -- Pemimpin gereja Kristen tertinggi Inggris, Uskup Agung Canterbury, Rowan Williams, Kamis (7/2), mengatakan pemerintah harus mengizinkan berlakunya hukum Islam. Dalam wawancara dengan BBC, Williams mengatakan penerapan hukum Islam atau Syariah itu akan membantu memperbaiki citra pemerintah.

''Sejumlah syarat dalam Syariah itu sendiri telah diakui dalam masyarakat dan hukum kita. Maka diberlakukannya hukum Syariah tidak seperti kita tengah membawa sesuatu yang asing dan sistem yang berlawanan,'' tegas Williams yang malam harinya berpidato dengan tema yang sama, mengenai Syariah.

Williams menegaskan ia tidak sedang menyarankan bahwa Inggris harus mengizinkan berlakunya aspek Syariah yang sifatnya ekstrem, seperti hukuman tegas sebagaimana dilakukan oleh pengadilan Islam di Arab Saudi dan negara lain, serta aspek Syariah lain yang dapat digunakan sebagai alat untuk melecehkan hak-hak kaum perempuan.

''Tidak seorang pun yang mempunyai pikiran waras ingin melihat berlakunya aspek seperti itu,'' kata Williams. ''Yang ingin saya tegaskan, kita harus mempunyai pandangan yang bersih dalam mendiskusikan hukum Islam,'' lanjutnya.

Pemerintah segera menolak mentah-mentah pernyataan Williams. Juru bicara Perdana Menteri Gordon Brown, Michael Ellam, mengatakan Brown yakin hukum pemerintah yang berdasarkan nilai-nilai dan norma-norma negara harus diperlakukan tanpa pandang bulu. Penolakan juga disuarakan oleh Sayeed Warsi, juru bicara kelompok oposisi yang menangani masalah sosial.

''Semua warga negara Inggris menjadi dan harus menjadi subjek dari hukum yang sama yang disahkan parlemen,'' tegas Warsi. Sebaliknya sejumlah tokoh Muslim Inggris menyambut hangat gagasan Williams. Direktur Ramadhan Foundation, Mohammed Shafiq, mengatakan diterapkannya hukum Syariah akan membantu menurunkan ketegangan dalam masyarakat. Pada saat yang sama, lanjutnya, diterapkannya Syariah akan membuat warga Muslim bangga menjadi warga Inggris. ''Itu akan memberikan kesan bahwa pemerintah menghargai keyakinan mereka,'' tegas Shafiq.

Dalam konteks pernyataan Williams, Shafiq mengatakan sangat penting untuk dipahami bagi umat non-Muslim Inggris bahwa Williams tidak sedang menyarankan diberlakukannya Syariah dalam kasus-kasus tindak kriminal melainkan hanya berlaku pada urusan sipil. ''Jika diterapkan maka Muslim Inggris bisa menyelesaikan masalah-masalah rumah tangga dan keuangan mereka berdasarkan hukum Islam dibandingkan pengadilan umum.''

Shafiq juga menegaskan pemerintah belum lama ini mengizinkan warga Yahudi ortodok menyelesaikan masalah mereka berdasarkan hukum tradisional Yahudi. (ap/afp ).

Berita ini dikutip dari Harian Republika, Sabtu 9 Februari 2008.

Rabu, 06 Februari 2008

Re_"Kon"_Siliasi



Islam Fungsional, Rekonsiliasi dan ‘Bubarkan MPO’
Oleh :TRISNO SUHITO

Kata-katanya tandas. Ia masih dan tetap bersemangat ketika berbicara HMI. Baginya, HMI adalah spirit perjuangan menegakan Islam. Komunitas ini mesti menjadi gerakan dimana lembaga, kader dan alumninya harus menegakan Islam yang fungsional.

Namun, ia juga menjadi sosok kontroversial di HMI. Dirinya dianggap banyak kalangan ingin memborong sejarah masa lalu. Seakan HMI (MPO) adalah milik dan sejarahnya sendiri. Ia merasa dirinya yang paling bertanggung jawab akan kehadiran HMI (MPO). “MPO harus membubarkan diri karena misinya sudah selesai," tegasnya.

Rekonsiliasi dua HMI menjadi wacana yang coba (terus) ia suarakan. Ia merasa ada beban sejarah yang harus dipikul. “Saya tidak enak dianggap memecah belah HMI. Semestinya HMI kini bersatu lagi. Karena HMI DIPO juga sudah berasas Islam”.

Pada HMINEWS, Egi Sujana, Ketua PB HMI (MPO) pertama, memberikan pandangan, harapan sekaligus pendapat dan kritiknya tentang HMI di usianya yang ke-61. Berikut petikan wawancara HMINEWS dengan politisi PPP ini di sela-sela acara Munas Islah VIII KAHMI, (2/2), di Hotel Borobudur, Jakarta.

Bagaimana memaknai HMI yang kini usianya menginjak 61 tahun?

Kesadaran ber HMI itu adalah konsekuensi bagi aktivis atau mahasiswa muslim. Ulang tahun itu proses untuk mengingatkan jati diri HMI yang sesungguhnya. Apakah dari 1947 sampai sekarang, jati diri HMI masih seperti yang dulu. Masih konsisten atau tidak. Evaluasi saya, sekarang ini tidak menggembirakan.

Apa parameter tidak menggembirakan itu?

Tujuan HMI kalau disederhanakan itu adalah mewujudkan masyarakat adil dan makmur. Mewujudkan masyarakat yang diridhoi Allah SWT. Mana hasilnya dari 1947-2008, negeri ini tidak seperti tujuan yang diharapkan. Dimana peran HMI? Munculnya berbagai aliran sesat misalnya adalah kegagalan dakwah Islam, termasuk HMI di dalamnya. Sudah 61 tahun HMI berdiri, tapi tujuan HMI jauh dari harapan.

Apa tantangan HMI setelah era keruntuhan Seoharto?

Adalah keliru jika kita mempersonifikasikan Soeharto sebagai common enemy. Islam itu rahmatan lil’alamiin. Jadi lebih bagaimana kita menegakan tata nilai. Jadi, ada tidaknya Soeharto yang harus ditegakan itu nilai. Seperti keadilan, kebenaran, kejujuran, persamaan hak, kesetaraan, pembelaan kaum lemah, dan sebagainya. Sehingga, itu yang tetap jadi orientasi HMI. Termasuk bagaimana mewujudkan dalam konteks dunia internasional, bukan hanya Indonesia. Misalnya, ada 106 negara anggota Organisasi Konferensi Islam (OKI). Dimana pengaruh kita? Dulu ada IPSO dan WAMI. Di dua organisasi ini HMI sekarang sudah tidak lagi diakui perannya. Kalau ini dipahami benar, dan dengan kerja intelektual, maka HMI akan menjadi agen perubahan besar.

Dalam konteks ke-Indonesiaan, perubahan apa yang mestinya dilakukan?

Dalam masyarakat sebenarnya ada tiga kekuatan utama perubahan, yakni buruh, mahasiswa dan militer. Harusnya HMI bisa mensinergikan ketiga kekuatan itu. Dikolaborasikan, tepatnya. Nah, dari ketiga elemen tersebut mahasiswa dan HMI didalamnya sebenarnya paling ‘cerdas’. Bukan masalah mahasiswa lebih pandai dari buruh dan militer. Tapi, di mahasiswa ada doktrin pencerahan yang berisi ilmu, idealisme dan jaringan sebagai keunggulan dia. Sementara, buruh dan militer itu adalah mesin yang sulit diharapkan sisi pencerahannya. Militer itu mesin negara, sementara buruh adalah mesin produksi. Tapi, kita tidak bisa menafikan ketiga kekuatan yang ada. Bagaimana HMI mengkonsolidasi 3 kekuatan ini agar perubahan bisa terjadi.

Bagaimana HMI menempatkan diri dalam perubahan?

HMI harus menciptakan gerakan strukturalisasi. Artinya struktur kekuasaan terkecil apapun harus dikuasai. Islam itu harus fungsional dengan otoritas dan kapasitas. Dan, semuanya harus dibarengkan dengan amanah. Niscaya Islam akan tegak. Di Indonesia ini, presiden, menteri dan DPR-nya orang Islam, tapi tidak fungsional. Di negeri ini ada 12 menteri dari HMI, banyak anggota DPR dari HMI, bahkan wakil presiden juga dari HMI, mestinya hukum Islam tegak. Padahal mereka yang membuat hukum, aturan dan undang-undang dan melaksanakannya. Mereka itu Islam, tapi hanya Presiden.Mereka Islam, tapi hanya DPR. Islamnya dinafikan. HMI harus bisa mewujudkan bagaimana Islam bisa fungsional. Dan, ini tidak dilepaskan dari kekuasaan di dalamnya.

Apakah itu tidak menjebak HMI larut mengagungkan kekuasaan?

Kekuasaan itu hanyalah alat, bukan tujuan. Ia alat untuk mencapai tujuan nilai-nilai yang seperti saya sebutkan tadi. Keadilan, kebenaran, kedamaian, kesejahteraan, kesetaraan dan lainnya. Untuk menegakan itu, kekuasaan adalah alat yang efektif dan juga wajib didapatkan. Kita perlu merujuk Al Qur’an, yang lebih banyak ‘ayat-ayat publiknya’ daripada ‘ayat-ayat privatnya’. Perubahan tidak bisa diselesaikan dengan 100 ulama yang nangis-nangis bersama umatnya.

Apa bentuk lain dari Islam Fungsional?

Jangan mudah berpecah belah. Kalau umat Islam berpecah belah itu jadi tidak fungsional. Realitasnya, kita terjebak perpecahan. Mengintip bulan saja kita berpecah belah dan salah menentukan bulan Ramadhan. Padahal negara lain sudah sampai bulan. KAHMI pecah itu tidak fungsional. HMI pecah juga tidak fungsional. Padahal Allah memerintahkan agar umat Islam jangan berpecah belah. Maka, semestinya HMI kini juga harus menyatu kembali. Jangan dua seperti sekarang, ada MPO dan DIPO.

Saya menyatakan ini, karena saya pelaku sejarah. Dulu Pancasila seakan dipertentangkan dengan Islam. Itu pintarnya intelejen dan gobloknya kita umat Islam. Padahal tidak ada yang dipertentangkan. Semua bunyi Pancasila, sesuai dengan Islam. HMI MPO hadir untuk menyelamatkan Islam, dari killing ground atas nama Pancasila oleh Orde Baru. Lha sekarang HMI DIPO khan sudah berasas Islam kembali. Mestinya MPO membubarkan diri karena itu sudah tidak diperlukan lagi. Dan, keduanya melakukan rekonsiliasi agar HMI tidak terpecah belah. MPO dulu ada karena taktis strategis untuk menyelamatkan asas Islam dari pemaksaan Pancasila oleh Orde Baru.

Apakah Bang Egi ingin menyederhanakan masa kini dengan masa lalu?

Saya ini pelaku sejarah sekali lagi. Saya punya beban sejarah dan tidak enak dianggap memecah belah HMI. Seolah saya yang membuat perpecahan HMI di masa lalu. Sekarang ini sudah tidak ada masalah lagi sebenarnya dengan persoalan asas. Keduanya sudah sama. Maka, menjadi kewajiban bagi saya untuk mempersatukan kembali lagi. Kalau KAHMI pecah itu khan karena soal kepentingan dan kekuasaan. NU dan Muhammadiyah memang sedari awal sudah beda. Jadi, jangan dipersoalkan lagi. Kalau HMI beda, soal asas. Sekarang ini sudah sama kembali asasnya antara MPO dan DIPO. Kita harus berorientasi agar Allah ridho. Bagaimana Allah ridho, jika kita berpecah belah. Kita tidak taat pada perintah dia. Maka, buatlah sejarah seperti HMI dulu menolak pemaksaan asas tunggal. Caranya sekarang dengan menyatukan kembali dua HMI. Itu akan diridhoi Allah.

Perbedaan yang ada dengan MPO dan DIPO sekarang itu bukan rakhmat, tapi laknat dan tidak fungsional. Dari dulu sudah saya terangin kepada teman-teman. Tapi, tidak mau ngerti. Itu namanya fasiq. Sekarang apa indikator kiprah HMI MPO? Kongres saja kemarin di Jakarta, kalian tidak diliput media. Tidak punya pengaruh sama sekali di pentas nasional. Menurut saya ada dua pilihan dalam soal ini. Pertama rekonsiliasi. Caranya dengan dialog terus menerus. Selanjutnya, proses kultural dengan training bersama, demo bersama, atau kegiatan-kegiatan bersama. Dan, terakhir, setelah melewati tahap itu semua, melalui cara struktural, melaksanakan kongres bersama. Pilihan kedua, kalau tidak mau rekonsiliasi, kalian jangan memakai nama HMI. Karena misi MPO sudah selesai. Jadi tidak diperlukan lagi. Dari dulu kalian tidak nurut-nurut, padahal saya sudah bilang. Kalau HMI bisa bersatu kembali, ini akan sangat memukul kakak-kakak kalian di KAHMI yang juga pecah jadi dua.

Posting dari hminews.com