Selasa, 09 Desember 2008
TEPIAN YANG TERANG
Menyambut gemuruh ombak dan gemercik air lautan
Layr terkembang dan dayung pun berayunan
Tak hirau gelombang menerjang
Tak hirau karang menantang
Tersusur muka air dan terbelah selimut l;autan
Arak-arakan perahu terus melaju kian menjauh
Tepian pesisir tinggal kenangan.....
November ( bersambung....)
Senin, 08 Desember 2008
MESKI SENDIRI
Karam dan tenggelamnya kapal bukanlah asa sang nahkoda
Keganasn laut dan tajamnya karang bisa saja terhindari
Akan kemauan untuk mengerti segala jalan yang mesti dilalui
Aku dan segala peluhku mengayuh dayung perahu sekoci
Meraih kapal induk yang berlabuh di lepas pantai
Sanggupkah kubawa kapal arungi samudera..?
Dan akankah kulihat tepian yang terang, kala gelombang mengombang-ambingkan kapal di tengah samudera
Ku tak mampu kala ku sendiri
Ku tak bisa bisa jika kabut menghalangi
WISMA HARAPAN, 8 November 2008
Kutunggu Jawabmu

CINTA YANG SEMPURNA
“Membuat Indah Dunia”..Ku tahu setiap nafas yang kau hembus mengalir pula aliran jantung. Dunia yang menawanku seolah menahan sayap yang siap mengepak. Tawa riang anak pantai membuatku berandai.. Aku akan menyatukan serpihan yang hilang Janganlah menuntut kesempurnaan dalam mencintai Tapi cintailah Yang Maha Sempurna dengan sempurna.
Riyanti. Wisma Bahagia, 18 Oktober 2008
Senin, 11 Agustus 2008
If There Is A Will There Is A Way
Seringkali kita terjebak dalam keputus asaan karena merasa sudah tak ada jalan lagi untuyk masalah yang kita hadapi. Hal itu bisa saja bermula dari kemauan kita yang kurang kuat untuk meraih yang kita inginkan, sehingga antisipasi dan daya survive kita seringkali tak tahan menghadapi segala tantangan yang ada. ......
Sabtu, 02 Agustus 2008
Untukmu Ukhti.. 2
Siapakah yang Ukhti Pilih?
Penyusun: Ummu Ibrohim (Bulletin Zuhairoh)
Muroja’ah: Ust. Aris Munandar
Menikah, satu kata ini akan menjadi sesuatu yang sangat berarti bagi pemuda ataupun pemudi yang sudah mencapai usia remaja. Remaja yang sudah mulai memiliki rasa tertarik dengan lawan jenisnya, akan memperhatikan pasangan yang diimpikan menjadi pasangan hidupnya. Sejenak waktu, hatinya akan merenda mimpi, membayangkan masa depan yang indah bersamanya.
Saudariku muslimah yang dirahmati Allah, tentu kita semua menginginkan pasangan hidup yang dapat menjadi teman dalam suka dan duka, bersama dengannya membangun rumah tangga yang bahagia, sampai menapaki usia senja, bahkan menjadi pasangan di akhirat kelak. Tentu kita tidak ingin bahtera tumah tangga yang sudah terlanjur kita arungi bersama laki-laki yang menjadi pilihan kita kandas di tengah perjalanan, karena tentu ini akan sangat menyakitkan, menimbulkan luka mendalam yang mungkin sangat sulit disembuhkan, baik luka bagi kita maupun bagi buah hati yang mungkin sudah ada. Lagipula, kita mengetahui bahwa Allah Ta’ala, Robb sekaligus Illah kita satu-satunya sangat membenci perceraian, meskipun hal itu diperbolehkan jika memang keduanya merasa berat. “Mencegah lebih baik daripada mengobati.” Itulah slogan yang biasa dipakai untuk masalah kesehatan. Dan untuk masalah kita ini, yang tentunya jauh lebih urgen dari masalah kesehatan tentu lebih layak bagi kita untuk memakai slogan ini, agar kita tidak menyesal di tengah jalan.
Saudariku muslimah, sekarang banyak kita jumpai fenomena yang sangat memprihatinkan dan menyedihkan hati. Banyak dari saudari-saudari kita yang terpesona dengan kehidupan dunia, sehingga timbul predikat ‘cewek matre’, yaitu bagi mereka yang menyukai laki-laki karena uangnya. Ada juga diantara saudari kita yang memilih laki-laki hanya karena fisiknya saja. Ada juga diantara mereka yang menyukai laki-laki hanya karena kepintarannya saja, padahal belum tentu kepintarannya itu akan menyelamatkannya, mungkin justru wanita itu yang akan dibodohi.
Sebenarnya tidak mengapa kita menetapkan kriteria - kriteria tersebut untuk calon pasangan kita, namun janganlah hal tersebut dijadikan tujuan utama, karena kriteria-kriteria itu hanya terbatas pada hal yang bersifat duniawi, sesuatu yang tidak kekal dan suatu saat akan menghilang. Lalu bagaimana solusinya ? Saudariku, sebagai seorang muslim, standar yang harus kita jadikan patokan adalah sesuatu yang sesuai dengan ketentuan syariat. Karena hanya dengan itu kebahagian hakiki akan tercapai, bukan hanya kebahagian dunia saja yang akan kita dapatkan, tapi kebahagiaan akhirat yang kekal pun akan kita nikmati jika kita mempunyai pasangan yang bisa diajak bekerjasama dalam ketaatan kepada Allah.
Diantara kriteria-kriteria yang hendaknya kita utamakan antara lain:
1. Memilih calon suami yang mempunyai agama dan akhlak yang baik, dengan hal tersebut ia diharapkan dapat melaksanakan kewajiban secara sempurna dalam membimbing keluarga, menunaikan hak istri, mendidik anak, serta memiliki tanggung jawab dalam menjaga kehormatan keluarga.
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda, “Jika datang melamar kepadamu orang yang engkau ridho agama dan akhlaknya, maka nikahkanlah dengannya, jika kamu tidak menerimanya, niscaya akan terjadi fitnah di bumi dan kerusakan yang luas.” (HR. Tirmidzi, hasan)
Seorang laki-laki bertanya kepada Hasan bin ‘Ali, “Saya punya seorang putri, siapakah kiranya yang patut jadi suaminya ?” Hasan bin ‘Ali menjawab, “Seorang laki-laki yang bertaqwa kepada Allah, sebab jika ia senang ia akan menghormatinya, dan jika ia sedang marah, ia tidak suka zalim kepadanya.”
2. Memilih calon suami yang bukan dari golongan orang fasiq, yaitu orang yang rusak agama dan akhlaknya, suka berbuat dosa, dan lain-lain.
“Siapa saja menikahkan wanita yang di bawah kekuasaanya dengan laki-laki fasiq, berarti memutuskan tali keluarga.” (HR. Ibnu Hibban, dalam Adh-Dhu’afa’ & Ibnu Adi)
Ibnu Taimiyah berkata, “Laki-laki itu selalu berbuat dosa, tidak patut dijadikan suami. Sebagaimana dikatakan oleh salah seorang salaf.” (Majmu’ Fatawa 8/242)
3. Laki-laki yang bergaul dengan orang-orang sholeh.
4. Laki-laki yang rajin bekerja dan berusaha, optimis, serta tidak suka mengobral janji dan berandai-andai.
5. Laki-laki yang menghormati orang tua kita.
6. Laki-laki yang sehat jasmani dan rohani.
7. Mau berusaha untuk menjadi suami yang ideal, diantaranya: Melapangkan nafkah istri dengan tidak bakhil dan tidak berlebih-lebihan; memperlakukan istri dengan baik, mesra, dan lemah lembut; bersendau gurau dengan istri tanpa berlebih-lebihan; memaafkan kekurangan istri dan berterima kasih atas kelebihannya; meringankan pekerjaan istri dalam tugas-tugas rumah tangga; tidak menyiarkan rahasia suami istri; memberi peringatan dan bimbingan yang baik jika istri lalai dari kewajibannya; memerintahkan istri memakai busana muslimah ketika keluar; menemani istri bepergian; tidak membawa istri ke tempat-tempat maksiat; menjaga istri dari segala hal yang dapat menimbulkan fitnah kepadanya; memuliakan dan menghubungkan silaturahim kepada orang tua dan keluarga istri; memanggil istri dengan panggilan kesukaannya; dan yang terpenting bekerjasama dengan istri dalam taat kepada Allah Ta’ala.
Satu hal yang perlu kita ingat saudariku, bahwa di dunia ini tidak ada yang sempurna. Jangan pernah membayangkan bahwa laki-laki yang sholeh itu tidak punya cacat & kekurangan. Tapi, satu hal yang tidak boleh kita tinggalkan adalah ikhtiar dengan mencari yang terbaik untuk kita, serta bertawakal kepada Allah dengan diiringi do’a.
Maroji’:
Ensiklopedi Wanita Muslimah. Haya bintu Mubaroh Al-Barik.
***
Artikel www.muslimah.or.id
Untukmu Ukhti..
10 Nasehat Untuk Wanita
Nasehat adalah sebuah kejernihan yang sewajarnya hadir dalam kehidupan masyarakat Islam. Terkhusus bagi wanita muslimah yang hidup dijaman ini. Sapaan nasehat adalah penyejuk yang menyegarkan langkah dalam menuju ridha Yang Maha rahmah, Allah tabaraka ta'ala.
Wanita muslimah meyakini bahwa Allah adalah Tuhannya, Muhammad adalah nabinya dan Islam adalah agamanya, dan menampakkan jejak keimanan dalam perkataan, amalan dan keyakinan. Maka ia selalu menjauhi murka Allah, takut akan pedihnya azab Allah dan balasan akibat menyelisihi perintah-Nya.
Wanita muslimah selalu menjaga sholat-sholat wajibnya, berwudlu, menjaga kekhusyukan dan ketepatan waktu melaksanakan sholat. Janganlah menyibukkan diri dengan aktivitas yang lain ketika datang waktu sholat. Meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat yang memalingkan dari ibadah kepada Allah. Ia pun menampakkan atsar (bekas) sholatnya dalam peri kehidupan , karena sesungguhnya sholat itu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar, sholat adalah penjaga terbesar dari kemaksiatan.
Wanita muslimah selalu menjaga hijabnya (mengenakan jilbab) merasa mulia dengan hal tersebut dan dia tidak keluar dari rumah kecuali dalam kondisi berjilbab, dengan jilbab tersebut bertujuan agar Allah menjaganya. Ia pun bersyukur kepada Allah yang telah memuliakan, menjaga dan mengehendaki terjaganya kesuciannya dengan jilbab.
" Wahai Nabi katakanlah kepada isteri-isterimu anak-anakmu dan wanita beriman agar mereka mengenakan jilbab-jilbab mereka."
(al ahzaab: 59)
Wanita muslimah selalu mentaati suaminya, bersikap lembut, cinta, mengajaknya kepada kebaikan, menasehati dan menghibur suaminya. Ia tidak mengeraskan suara dan kasar dalam berbicara kepada suaminya. Rasulullah bersabda,
'apabila seorang wanita menjaga shalat lima waktunya, berpuasa di bulan ramadhan, menjaga kehormatannya, dan mentaati suaminya niscaya ia akan masuk surga. (Hadis Shahih jami')
Wanita muslimah senantiasa mendidik putranya untuk taat kepada Allah, mengajarinya dengan aqidah yang benar, menanamkan kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya serta menjauhi maksiat dan akhlaq yang buruk, firman Allah,
'wahai orang-orang yang beriman jagalah diri kalian dan keluarga kalian dari api neraka'. (At tahrim: 6)
Wanita muslimah tidak berdua-duaan dengan laki-laki yang bukan mahramnya. Sabda Rasulullah,
'barangsiapa wanita yang berdua-duaan dengan laki-laki, maka setan yang ke-3 nya'.
Dan wanita muslimah tidak bepergian jauh kecuali untuk keperluan yang tidak bisa ditinggalkan dan disertai mahram dengan berjilbab.
Wanita muslimah tidak berpenampilan atau berdandan seperti kaum laki-laki. Sabda Rasulullah,
'Allah melaknat laki-laki yang menyerupai wanita dan wanita yang menyerupai laki-laki.' (Hadis shahih)
Wanita muslimah juga tidak meniru orang-orang kafir dalam kekhususan dan kebiasaan mereka,
"barang siapa yang bertasyabuh (menyerupai) suatu kaum, maka ia termasuk golongan kaum tersebut" (hadis shahih)
Wanita muslimah adalah da'iyah (orang yang berdakwah) dibarisan kaum wanita dengan menggunakan perkataan yang baik melalui jalan menziarahi tetangganya , menyambung persaudaraan, melalui telpon, memberikan buku-buku dan kaset-kaset Islam. Ia pun beramal dengan apa yang ia ucapkan dan bersemangat dalam menghindarkan diri dari adzab Allah,
'kalau Allah menghidayahi seseorang melalui perantara kamu maka hal tersebut lebih baik bagimu dari pada binatang ternak yang merah (harta dunia yang banyak). (HR. bukhari dan muslim).
Wanita muslimah menjaga hatinya dari kerancuan dan hawa nafsu , menjaga pandangannya dari pandangan-pandangan yang haram, menjaga telinganya dari hal-hal yang melalaikan dari dzikrullah, ini semua yang dinamakan dengan taqwa,
'malulah terhadap Allah dengan sebenar-benarnya, barang siapa yang malu dengan sebenar-benarnya maka jagalah kepalanya dan apa yang ada didalamnya, dan jagalah perutnya serta yang ada didalamnya, ingatlah kematian dan musibah, barang siapa yang menghendaki akhirat hendaknya ia meninggalkan (tidak cinta) perhiasan-perhiasan dunia, barang siapa berbuat demikian niscaya sikap malunya kepada Allah benar. (Hadis Shahih Jami')
Wanita muslimah tidak menyia-nyiakan waktu siang maupun malamnya untuk perbuatan yang tidak ada gunanya, atau melewatkan masa mudanya hilang dengan percuma,
'tinggalkanlah mereka yang menjadikan agamanya sebagai permainan dan kesia-siaan'. (Al An'am: 70)
Allah berfirman tentang orang yang menyia-nyiakan umurnya ,
'alangkah meruginya diri kami dari apa yang telah kami tinggakkan' .
(Al An'am: 31)
Wahai muslimah laksanakanlah nasehat-nasehat ini niscaya engkau akan jaya di dunia dan di akhirat.
Waktu hidup sangatlah terbatas dan berharga. Namun pada kenyataan, kita sering melewatkan waktu yang sempit tadi, berlalu begitu saja tanpa makna. Ada yang mengibaratkan waktu sebagai sebilah pedang. kalau kita tidak gunakan untuk menebas maka kita lah yang akan ditebasnya. Hari-hari berlalu begitu cepatnya, detik, menit, jam hari, minggu, bulan dan seterusnya berlalu dengan cepatnya. Ia selalu bergerak dan tak mempedulikan orang yang ada di atasnya. Bila manusia tak peduli juga dan tidak turut bergerak niscaya ia akan tertinggal.
Apabila manusia turut bergerak menyertai waktu, maka mesti ia perhatikan apa aktivitas yang ia lakukan dalam mengikuti pergerakan waktu. Apakah aktivitas kebaikan ataukah sebaliknya. Kalau aktivitas jelek yang ia lakukan niscaya ia akan merugi dan bila kebaikan niscaya keuntunganlah yang akan ia raih. Kita pun mesti ingat bahwa setiap aktivitas tadi baik berupa perbuatan maupun perkataan ada yang mengawasi dan mencatat. Firman Allah
' apa-apa yang kamu ucapkan dari perkataan maka disisinya ada malaikat yang dekat dan selalu menyertai'.(Qof:18)
Kenyataan seperti ini tentu akan menggugah diri seorang insan beriman untuk melihat dan mengetahui amala kebaikan yang semestinya ia lakukan dalam bergerak bersama waktu
Senin, 28 Juli 2008
Puisi Untuk Cinta
Puisi HANYA UNTUKMU.......siapa ?????
Archimedes dan Newton tak akan mengerti
Medan magnet yang berinduksi di antara kita
Einstein dan Edison tak sanggup merumuskan E=mc2
Ah tak sebanding dengan momen cintaku
Pertama kali bayangmu jatuh tepat di fokus hatiku
Nyata, tegak, diperbesar dengan kekuatan lensa maksimum
Bagai tetes minyak milikan jatuh di ruang hampa
Cintaku lebih besar dari bilangan avogadro...
Walau jarak kita bagai matahari dan Pluto saat aphelium
Amplitudo gelombang hatimu berinterfensi dengan hatiku
Seindah gerak harmonik sempurna tanpa gaya pemulih
Bagai kopel gaya dengan kecepatan angular yang tak terbatas
Energi mekanik cintaku tak terbendung oleh friksi
Energi potensial cintaku tak terpengaruh oleh tetapan gaya
Energi kinetik cintaku = -mv~
Bahkan hukum kekekalan energi tak dapat menandingi hukum kekekalan
di antara kita
Lihat hukum cinta kita
Momen cintaku tegak lurus dengan momen cintamu
Menjadikan cinta kita sebagai titik ekuilibrium yang sempurna
Dengan inersia tak terhingga
Takkan tergoyahkan impuls atau momentum gaya
Inilah resultan momentum cinta kita tambahan,
dan ketika pertama kali melihat wajahmu,tak terasa
lagi sinus kosinus hatiku bergetar. Pandangan matamu
mampu mengarahkan vektor jiwaku kemana-mana. Makan dan
Minum buatku hanyalah konstanta-konstanta belaka
....yang penting, ku slalu melihatmu
Nasehat Untuk Sahabat
eramuslim - Dear ukhti-ukhtiku yang kucintai karena Allah, apa kabar iman-mu hari ini? Semoga Allah Yang Maha Indah selalu memberi keindahan padamu dan melindungimu dari segala keburukan
Ukhti-ukhtiku yang kucintai karena Allah, sebaik2 perhiasan dunia adalah wanita sholehah. Dan "perkara yang pertama kali ditanyakan kepada seorang wanita pada hari kiamat nanti, adalah mengenai sholat lima waktu dan ketaatannya terhadap suami." (HR.Ibnu Hibbab dari Abu Hurairah)
Ukhti-ukhtiku,
Pagi ini aku membaca sebuah buku didalamnya terdapat 10 wasiat Rasulullah kepada putrinya Fathimah binti Rasulillah.
Sepuluh wasiat yang beliau sampaikan merupakan mutiara yang termahal nilainya, bila kemudian dimiliki oleh setiap istri sholehah. Wasiat tsb adl:
1. Ya Fathimah, kepada wanita yang membuat tepung untuk suami dan anak-anaknya, Allah pasti akan menetapkan kebaikan baginya dari setiap biji gandum, melebur kejelekan dan meningkatkan derajat wanita itu.
2. Ya Fathimah, kepada wanita yang berkeringat ketika menumbuk tepung untuk suami dan anak-anaknya, niscaya Allah menjadikana dirinya dengan neraka tujuh tabir pemisah
3. Ya Fathimah, tiadalah seorang yang meminyaki rambut anak-anaknya lalu menyisirnya dan mencuci pakaiannya, melainkan Allah akan menetapkan pahala baginya seperti pahala memberi makan seribu org yang kelaparan dan memberi pakaian seribu orang yang telanjang
4. Ya Fathimah, tiadalah wanita yang menahan kebutuhan tetangganya, melainkan Allah akan menahannya dari minum telaga kautsar pada hari kiamat nanti.
5. Ya Fathimah, yang lebih utama dari seluruh keutamaan di atas adalah keridhoaan suami terhadap istri. Andaikata suamimu tidak ridho kepadamu, maka aku tidak akan mendoakanmu. Ketahuilah wahai Fathimah, kemarahan suami adalah kemurkaan Allah
6. Ya Fathimah, apabila wanita mengandung, maka malaikat memohonkan ampunan baginya, dan Allah menetapkan baginya setiap hari seribu kebaikan serta melebur seribu kejelekan. Ketika wanita merasa sakit akan melahirkan, Allah menetapkan pahala baginya sama dengan pahala para pejuang di jalan Allah. Jika dia melahirkan kandungannya, maka bersihlah dosa-dosanya seperti ketika dia dilahirkan dari kandungan ibunya. Bila meninggal ketika melahirkan, maka dia tidak akan membawa dosa sedikitpun. Didalam kubur akan mendapat pertamanan indah yang merupakan bagian dari taman sorga. Dan Allah memberikan pahala kepadanya sama dengan pahala seribu orang yang melaksanakan ibadah haji dan umrah, dan seribu malaikat memohonkan ampunan baginya hingga hari kiamat.
7. Ya Fathimah, tiadalah wanita yang melayani suami selama sehari semalam dengan rasa senang serta ikhlas, melainkan Allah mengampuni dosa-dosanya serta memakaikan pakaian padanya di hari kiamat berupa pakaian yang serba hijau, dan menetapkan baginya setiap rambut pada tubuhnya seribu kebaikan. Dan Allah memberikan kepadanya pahala seratus kali beribadah haji dan umrah.
8. Ya Fathimah, tiadalah wanita yang tersenyum di hadapan suami, melainkan Allah memandangnya dengan pandangan penuh kasih.
9. Ya Fathimah, tiadalah wanita yang membentangkan alas tidur untuk suami dengan rasa senang hati, melainkan para malaikat yang memanggil dari langit menyeru wannita itu agar menyaksikan pahala amalnya, dan Allah mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu dan yang akan datang.
10. Ya Fathimah, tiadalah wanita yang meminyaki kepala suami dan menyisirnya, meminyaki jenggot dan memotong kumisnya, serta memotong kukunya, melainkan Allah memberi minuman arak yang dikemas indah kepadanya yang didatangkan dari sungai2 sorga. Allah mempermudah sakaratul-maut baginya, serta kuburnya menjadi bagian dari taman sorga. Dan Allah menetapkan baginya bebas dari siksa neraka serta dapat melintasi shirathal-mustaqim dengan selamat.
Ukhi-ukhtiku yang kucintai karena Allah Begitu indah menjadi wanita Dengan kelembutan dan kasihnya Dapat merubah dunia
Jadilah diri-dirimu menjadi wanita sholehah Agar negeri menjadi indah Karena dirimu adalah tiang negeri ini
Ukhti-ukhtiku yang kucintai karena Allah Tidakkah dirimu galau
Melihat keadaan negeri saat ini Apa yang akan kau katakan pada anakmu kelak Saat ia bertanya mengapa negeriku sperti ini?
Jadilah diri-dirimu menjadi wanita sholehah Karena esok negeri ini ditangan generasi kita
Ukhti-ukhtiku yang kucintai karena Allah Begitu indah menjadi istri Setiap perbuatannya merupakan pahala untukmu Lakukan dengan ikhlas karena Allah Insya Allah dunia akhirat ada ditanganmu
Ukti-ukhtiku yang kucintai karena Allah Semoga Allah yang Maha baik Menjadikan kita wanita dan istri sholehah Membantu dan membimbing kita untuk tetap dijalanNya Amiin.
Posting dari Era Muslim, puisinya dari temenku
Minggu, 27 Juli 2008
KELAUTAN INDONESIA

Profesor Safwan Hadi
Fakultas Ilmu Kebumian dan Teknologi Mineral
Institut Teknologi Bandung
Laut Indonesia secara tradisional hanya dijadikan sebagai sumber makanan danmedia transportasi. Dengan bertambahnya pemahaman tentang laut seiringdengan perkembangan sains dan teknologi, pemanfaatan laut tidak saja terbatas sebagai sumber makanan dan media transportasi tetapi jugasebagai sumber energi dan mineral, sumber air, dan penstabil iklim dunia. Indonesia yang ¾ luas wilayahnya adalah lautan, panjang garis pantainya 81 km, dan jumlah pulau sekitar 17500 menyimpan potensi sumber daya kelautan yang berlimpah yang memiliki arti strategis bagi pembangunan ekonomi nasional berbasis kelautan.
Aspek pembangunan kelautan di Indonesia telah menjadi fokus penting dalam pembangunan bangsa. Wilayah laut Indonesia telah dijadikan tumpuan harapan di masa depan melalui optimasi pemanfaatan sunber daya kelautan baik hayati maupun nonhayati guna peningkatan kesejahteraan seluruh bangsa Indonesia.
Telah disadari bahwa pembangunan bangsa Indonesia haruslah berbasis pada sumber daya kelautan mengingat Indonesia memiliki sumber daya kelautan yang besar sehingga memiliki daya saing yang tinggi dibidang kelautan. Namun pemanfaatan sumber daya kelautan di Indoneisa masih bersifat sektoral dan secara dominan dicirikan oleh kegiatan-kegiatan yang bersifat ekstraktif atau pengurasan dan pengerukan sumber daya kelautan yang menyebabkan kerusakan lingkungan laut.
Agar dapat mengelola dan memanfaatkan sumber daya kelautan secara berkelanjutan salah satu faktor penting adalah penguasaan sains dan teknologi dan penerapannya secara terpadu dalam pemanfaatan sumberdaya kelautan. Kebutuhan yang semakin meningkat akan energi, makanan, produk-produk kelautan dan isu pencemaran laut, kerusakan daerah pesisir, berkurangnya biodiversity laut, fenomena El Nino dan kenaikan muka laut menuntut pengembangan ilmu kelautan yang bersifat holostik, interdisiplin dan keharusan melakukan kerjasama internasional.
ITB sebagai perguruan tinggi yang mengembangkan sains, teknologi dan seni dengan potensi kepakaran berbagai disiplin mempunyai peluang yang sangat besar dalam pembangunan bangsa berbasis kelautaan melaui penerapan sains dan teknologi yang bersifat holistik dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya kelautan.
Pidato ilmiah ini berisi tiga bagian. Pada bagian pertama akan disampaikan potensi kelautan Indonesia dan permasalahannya. Pada bagian kedua akan dibahas konstribusi Kelompok Keahlian Oseanografi FIKTM dalam pengembangan riset kelautan dan pada bagian ketiga akan disampaikan pemikiran penulis tentang peranan ITB dalam pembangunan bangsa berbasis kelautan.
Sekretariat : Jl. Surapati no.1A , Bandung, Indonesia
Rabu, 23 Juli 2008
BANGKIT..
Kulihat biru dalam Warna..
Warna merah yang jadikan ungu mulai menjauh..
Kini birunya langit sebiru hatiku..
Buah Karya April 22 Juli 2008
Rabu, 09 Juli 2008
Ikutan Kasting "Ketika Cinta Bertasbih"3
Ah.. Mungkin itu hanya apologiku saja karena tak lolos tahap selanjutnya aja apa ya.. Tapi karena tahu begitu aku jadi gak mood sama sekali, makanya pas take camera and action bareng-bareng samasekali tak ada reaksi dariku. belum sempat semuanya kebagian akting, eh 'Ting...ting..ting' bel sudah ber bunyi. Habis itu tiap orang di take satu persatu untuk memperkenalkan profilnya masing-masing. setelah semuanya ditake baru tiap orang di kasih amplop yang isinya tanda lolos atau tidaknya ke tahap selanjutnya..
Ternyata dari sepuluh orang yang ada di kelompokku hanya ada dua yang lolos. usut punya usut mereka telah ikut audisi ini sebelumnya jadi wajar ada pengalaman sedikit.
To Be Continued....
Selasa, 01 Juli 2008
Ikutan Casting "Ketika Cinta Bertasbih" 2

Singkat cerita kami pun bagi-bagi peran ada yang jadi dosen ada yang jadi mahasiswanya. Selama latihan tak pernah serkalipun kita kompak. Bayangkan saja coba yang memerankan Ibu Dosen saja gonta-ganti sampai tiga kali, padahal waktu yang disediakan panitia untuk latihan sedikit sekali cuma 10 menit untuk tampil di depan kamera selama 3 menit.
Waktu berlalu dengan sia-sia, karena dari awal nggak ada intruksi yang jelas tentang peran yang kita mainkan. Tentu kesalahan lah yang banyak terjadi, dari bloking areanya nggak proporsional (nggak estetis), ngomong berebutan, ada juga yang nggak sempat ngomong sama sekali.
Bersambung lagi...
Senin, 30 Juni 2008
Ikutan Kasting "Ketika Cinta Bertasbih"

Tapi mau bagaimanapun aku harus maju.. Akhirnya sampai juga hari itu tiba dan ternyata yang ikutan banyak banget. Aku lihat di internet saja, yang ndaftar udah bejibun.
Singkat cerita akhirnya aku pun ndaftar di tempat, padahal sebelumnya maju mundur. Karena bujukan seorang teman dan seorang kenalan nyaliku yang semula ciut akhirnya berkembang juga (kaya kembang aja).
Setelah nunggu beberapa menit sepuluh peserta, yang salah satunya aku sendiri dipersilahkan masuk.Selanjutnya kelompokku itu dikasih skrip untuk dimainkan saat dites didepan kamera.
Bersambung.....
Senin, 09 Juni 2008
Final Destination
Judul skripsiku ganti sampai tiga kali :
Pertama : Studi Kualitas Nutrien sebagai Pendekatan Ekologis Perairan Pesisir Kota Tegal
Kedua : Studi Kualitas Perairan sebagai Pendekatan Ekologis Perairan Kota Tegal
Ketiga : Paska Sidang Penguji minta ganti judul: Kondisi Nutrien Perairan Kota Tegal.
Sidang Skripsi ternyata nyantai banget gak ada ketegangan, setegang menyampaikan LPJ. Ha..Ha..Ha.. :-)
Minggu, 01 Juni 2008
Jumat, 30 Mei 2008
Foto Aksi Tolak BBM
Rabu, 28 Mei 2008
Aku Sambut Terangnya Kartini
Tasropi
Nampak cahaya kulihat disana
terangnya menyejukkan...
Pancarannya menerangi semesta
Mileu yang padqa jangkauannya
tercurah kehangatan...
Embun pagi pun seumpama mutiara
Kilaunya memancarkan cahaya
Cerminan dari beningnya sukma
dan sinarnya bersumber dari
Cahaya di atas cahaya
.............
Jika hatimu sebening embun
Cahaya itu kan terpancar bak mutiara
Kilaunya membuat indah dunia
* Kutulis dan kudedikasikan untuk Kartini-kartini muda
yang tak enggan menyambut cahaya perubahan
Wisma Tercinta, 070408
Nunggu Jadwal Ujian
................................................................................................
Kamis, 22 Mei 2008
Rianti's Poetry
Puisi Rianti
Sabtu, 19 April 2008
Gerakan Tamadduni Indonesia
TERM OF REFERRENCE KONGRES HMI KE-25
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Generasi HMI akhir 1980-an hingga awal 1990-an meletakkan dasar-dasar epistemologis dan perspektif peradaban bagi perjuangan organisasi dengan mengusung tema besar: “Epistemologi Islam dan Peradaban”. Tema ini relatif berhasil memberikan ‘nyawa’ bagi organisasi untuk melakukan perlawanan intelektual terhadap wacana dan represi politik yang hegemonik pada waktu itu. Pada paruh 1990-an, tepatnya pada kepengurusan PB HMI Periode 1995-1997, refleksi yang bersifat epistemologis pada periode sebelumnya mendapatkan pijakan aksiologisnya, yakni dalam visi yang terekam dalam tema: “Membangun Jaringan Keumatan menuju Masyarakat Berkeadilan”. Upaya-upaya organisatoris dilakukan untuk melakukan konsolidasi keummatan yang pada gilirannya membuat penguasa pada waktu itu, mau tidak mau, mulai mau mengakomodasi dan tidak lagi terlalu fobia dengan label Islam. Contoh kongkretnya adalah terselenggaranya Kongres Nasional Umat Islam yang salah satu inisiatornya adalah HMI.
Namun demikian, watak dasar penguasa yang korup dan otoritarian tak juga berubah; maka, HMI tetap melakukan perlawanan dan menyiapkan konsepsi perubahannya. Atas dasar itu, pada kepengurusan 1997-1999 dimana pada kurun itu Soeharto jatuh (21 Mei1998), HMI mempunyai tema: “Meletakkan Dasar-Dasar Perubahan yang Humanis-Transenden Menuju Masyarakat Madani”. Pada periode berikutnya, di tengah zaman yang sedang berubah, HMI merasa perlu menyiapkan dan menceetak kader yang matang dan mempunyai kapasitas yang memadai untuk mewujudkan masyarakat madani yang berdaulat itu. Untuk itu, tema “Peran Profetis Kader HMI” menjadi visi periode 1999-2001 ini.
Disadari bahwa reformasi politik pada tahun 1998 terjadi di level permukaan saja (artifisial), tidak menyentuh hal-hal yang substansial dan paradigmatik. Karakter orde baru yang otoriter, korup, kolutif, dan nepotis masih menjadi mental yang mendarah daging di hampir seluruh elemen bangsa, terutama pada masyarakat politik (penyelenggara negara). Bertolak dari hal itu, pada periode 2001-2003 HMI mengemban satu amanah visi perubahan radikal, paradikmatik, dan sistemik di bawah bendera: “Revolusi Sistemik: Suatu Ikhtiar Menegakkan Hak-Hak dan Partisipasi Kaum Mustadh’afien Menuju Baldatun Thayyibatun Wa Rabbun Ghafur”. Masih dalam bingkai revolusi sistemik, salah satu terjemahan konkretnya adalah keharusan perubahan karakter, paradigma, dan sistem di wilayah (meminjam istilah A. Gramsci) masyarakat politik. Konsekuensinya, pembaharuan di level politik kenegaraan menjadi sebuah keniscayaan. Inilah yang menjadi fokus dari tema kepengurusan 2003-2005 yang mengambil angle: “Perubahan Sistem Ke-Indonesiaa-an untuk Kaum Lemah dan Terpinggirkan.” Di satu sisi tema ini hendak mendesakkan agenda perubahan kepada negara agar tidak tunduk pada agenda-agenda neo-liberalisme, dan di sisi yang lain, ia juga memaksa negara untuk meninggalkan secara total wataknya yang otoritarianistik dan korup. Semua kebijakan musti diabdikan untuk kepentingan rakyat yang selama ini lemah dan dipinggirkan oleh negara.
Setelah konsolidasi di tingkat masyarakat politik relatif berhasil, tampak ternyata konsolidasi di tingkat masyarakat sipilnya mengalami kebangkrutan akibat banyaknya elemen masyarakat sipil yang larut dalam konstelasi politik. Gerakan mereka mengalami disorientasi, tercabik-cabik, sehingga agenda-agenda kebudayaan dan pemberdayaan masyarakat menjadi terbengkalai. Untuk itu, konsolidasi masyarakat sipil menjadi sebuah keharusan. Dengan sentuhan pergolakan nilai dan spirit perubahan untuk kaum mustadh`afien, konsolidasi masyarakat sipil itu terangkum dalam tema: “Gerakan Tamadduni Masyarakat Sipil Untuk Kaum Lemah dan Terpinggirkan.”
Gerakan Tamadduni: Jalan Profetik Bagi Transformasi Masyarakat.
Istilah tamaddun sebenarnya bukanlah sesuatu yang baru dalam khazanah Islam maupun perbincangan intelektual di Indonesia. Ia mempunyai akar kata yang sama dengan madany, madiinah, atau madaniyyah, yakni ma-da-na, yang semua mempunyai arti “kota” atau “peradaban”. Penambahan ta’ di awal dan tasydiid pada ”dal” memberi penguatan (mubaalaghah) bahwa peradaban yang dimaksud adalah peradaban tinggi yang diperoleh melalui suatu proses panjang, penuh dengan dinamika perjuangan, dan terdapat pergulatan nilai-nilai baik kebudayaan maupun keagamaan.
Ibnu Khaldun, pemikir Islam abad pertengahan par excelent, menggunakan tiga istilah untuk merujuk konsep peradaban, yakni úmran, hadlarah, dan tamaddun. Para pemikir di dataran Melayu lebih memilih istilah yang berakar dari kata tamaddun daripada dua istilah lainnya, karena secara etimologis memang lebih mempunyai makna yang dalam dan dinamik. `Umran mempunyai konotasi “keramaian dan kemakmuran”, “hadlarah” mengandung pengertian “kosmopolit”, sedangkan “tamaddun” dalam konteks peradaban mencakup dua pengertian sebelumnya karena karakteristiknya yang mengandung jiwa perkotaan (madaniyah) dimana ditandai oleh tingginya partisipasi masyarakat, maraknya inisiatif kebudayaan dan pencapaian pemikiran, tercapainya kemandirian ekonomi dan kemajuan teknologi. Maka tak salah bila kemudian konsep tamaddun, menurut Naquib al-Attas (1977:15), akan mengarahkan masyarakat pada “ suatu kehidupan manusia yang bermasyarakat dalam ketinggian tata susila dan kebudayaan.”
“Gerakan Tamadduni” (civilizational movement) adalah ikhtiar dan ijitihad tingkat tinggi yang hendak mendorong seluruh kekuatan kognitif, afektif, tenaga dan pikiran, serta pergerakan sosial ke arah terciptanya masyarakat yang berperadaban sebagaimana yang dijelaskan dalam konsep tamaddun di atas. Pertama, di tingkat suprastruktur, gerakan ini mengandaikan adanya bangunan tauhid yang kokoh di batin segenap masyarakat. Refleksi atas tauhid baik oleh individu maupun masyarakat adalah imperasi gerakan yang tak bisa dihentikan oleh bergantinya tempat dan waktu. Kedua, di tingkat kultur, ia juga meniscayakan kondisi masyarakat yang mempunyai ketinggian dan kemerataan tingkat keilmuan (literate society), kompetensi dan kapasitas, serta inisiatif dan partisipasi baik di bidang ekonomi, politik, maupun kebudayaan. Ketiga, di tingkat struktur, gerakan tamadduni bertugas untuk memperbaiki sistem, struktur, dan performa kenegaraan agar memenuhi hak-hak masyarakat yang selalu dikalahkan dan dilemahkan.
Itulah satu jalan transformasi kemasyarakatan yang jejaknya dapat dilacak dalam sejarah kenabian (sirah nabawiyah). Transformasi profetik yang dilakukan oleh Rasululah dalam membangun Peradaban Madinah adalah: pembangunan tauhid di Mekkah, kedua, pembangunan kemasyarakatan dengan jalan saling mempersaudarakan antara Muhajirin-Anshar dan juga kontrak sosial dengan komunitas selain Islam (Piagam Madinah), dan yang terakhir adalah menjalankan pemerintahan berdaulat di Madinah. Dari sinilah peradaban Islam terbangun yang kemudian dapat mengatasi peradaban Persia dan Byzantium-Romawi.
Cita-cita transformasi dari gerakan tamadduni tentu saja adalah terciptanya masyarakat yang diridhai oleh Allah SWT. Namun demikian, tamadduni lebih berkonsentrasi pada proses perjuangan, kuatnya energi untuk bergerak maju, dan daya kerja yang keras dan profesional untuk mencapai cita-cita transformasi daripada hanya menunggu atau bermimpi tentang bentuk jadi dari masyarakat bertamaddun yang diridhai oleh Allah SWT itu. Untuk itu, dibutuhkan adanya suatu kekuatan progresif yang mampu mengkonsolidasikan dirinya untuk mewujudkan cita-cita luhur ini.
Situasi kekinian menunjukkan adanya fenomena tiga kekuatan yang acapkali saling berkonflik meski di saat yang lain juga bisa saling bekerjasama dalam sebuah konsensus. Pertama adalah pasar (pemodal). Kedua adalah negara (masyarakat politik). Ketiga adalah masyarakat sipil (yang non-penguasa modal dan non-penguasa kenegaraan). Kekuatan pertama dan kedua mempunyaI kecenderungan besar untuk mengalahkan dan memperalat kekuatan ketiga untuk memantapkan dan memapankan kekuasaan masing-masing. Dengan kata lain, masyarakat sipil sangat rawan untuk menjadi pihak yang lemah dan terpinggirkan, dan oleh karena itu susungguhnya, ia menyimpan kekuatan progresif untuk melakukan perubahan dan memaksa pemodal dan negara untuk memenuhi hak-haknya. Dari situlah peradaban yang tinggi akan dapat diwujudkan.
Masyarakat Sipil: Keniscayaan Konsolidasi Untuk Ber-Tamaddun
Masyarakat sipil adalah kekuatan ketiga yang peran dan posisinya sangat strategis bagi proyek tamaddun. Beberapa bentuk konsolidasi yang diharapkan dapat terwujud untuk menopang visi tamaddun itu adalah; konsolidasi untuk kemandirian ekonomi, konsolidasi untuk kemerdekaan politik, dan konsolidasi untuk pencapaian kebudayaan yang tinggi.
Pertama, kecenderungan mutakhir menunjukkan bahwa kekuatan pasar (neo-kapitalime) begitu kuat sehingga mengatasi negara dan masyarakat. Bahkan, negara dipaksa menjadi boneka yang manis untuk memenuhi selera para neo-kapitalis dan kemudian menindas masyarakat sipil. Maka dari itu, ketika neo-kapitalisme dan negara (sebagai bonekanya) berkongkalikong untuk semakin memperkaya dirinya masing-masing, masyarakat sipil mempunyai keharusan untuk melakukan konsolidasi sosial demi melindungi kepentingan ekonominya. Konsekuensinya, pada satu saat, masyarakat sipil musti melakukan perjuangan untuk mendesak kaum pemodal dan atau negara untuk memenuhi hak-haknya; misalnya kesejahteraan hidup, dan pada saat yang bersamaan, masyarakat sipil juga niscaya untuk mengkosnsolidasikan kekuatan ekonomisnya melalui semangat kemandirian, keswadayaan, dan ke-swadhesi-an. Namun demikian, pada saat yang lain, masyarakat sipil juga dimungkinkan untuk bekerja sama dengan salah satu atau kedua kekuatan yang lain, hanya saja tujuannya harus jelas dan tegas, yakni; untuk kesejahteraan dan pemenuhan hak-hak ekonomi masyarakat sipil.
Kedua, selain kecenderungan menguatnya neo-kapitalisme yang membuat negara dan masyarakat tak berdaya secara ekonomi, negara juga mempunyai potensi yang kuat untuk menjadi korup, otoriter, dan memberangus hak-hak politik rakyat. Pendek kata, masyarakat sipil juga perlu untuk melakukan konsolidasi politik untuk makin meningkatkan bargaining position-nya terhadap negara maupun pemodal untuk menjamin bahwa kebebasan, harkat, dan martabatnya dijamin dan dihormati. Sebab, kedaulatan politik rakyat menjadi prasyarat utama bagi sebuah iklim tamaddun yang demokratik dimana fungsi negara adalah pelayan yang baik dan terpercaya bagi pemenuhan hak-hak politik rakyat.
Ketiga, masyarakat sipil juga tak luput dari krisis yang disebabkan oleh keroposnya bangunan budaya yang ada di dalamnya. Akibatnya, mereka mengalami ketumpulan dan kemunduran sense of advanced humanity (rasa kemanusiaan yang adiluhung), seperti ; religiusitas yang makin terkikis, semangat keilmuan yang menurun, gairah intelektualisme yang rendah, tak punya kreatifitas seni, sastra, atau musik yang dapat dibanggakan, tak ada kemajuan teknologi yang dapat dicapai, dan sebagainya. Konsolidasi kebudayaan masyarakat sipil diperlukan untuk mengatasi krisis itu. Dengan konsolidasi, gebrakan budaya untuk kembali menggairahkan energi kreatif masyarakat dapat dilakukan. Tidak hanya itu, cita-cita transformasi masyarakat yang nota bene adalah masyarakat yang diridhai Allah SWT sangat mungkin untuk diwujudkan. Masyarakat itu adalah masyarakat yang ber-tamaddun (civilized socoiety) yang di antara ciri yang disebutkan Ibnu Khaldun (sebagaimana dikutip Beg, M.A.J., 1982) adalah: a higher form of religion, a well-organized state, a system of law, city life, a developed system of writing (script), and distinctive forms of art and architecture (Mustafa Kamal Ayub, 2004).
Kaum Lemah dan Terpinggirkan: Identifikasi Subyek Dedikasi Perjuangan.
Siapa sebenarnya yang bisa diidentifikasi sebagai kaum lemah (dhu`afa’) dan terpinggirkan (mustadh`afien) itu? Yang jelas, kedua kategori kaum ini berada di wilayah masyarakat sipil. Mereka itu adalah elemen masyarakat yang paling seringkali ‘diatasnamakan’, suaranya diperebutkan di saat pemilu, namun hak-haknya seringkali diijak-injak pada saat pembangunan dijalankan. Kaum yang pertama, adalah kaum dhu`afa (kaum lemah). Mereka adalah kaum yang secara ‘natural’ memang tidak mempunyai kuasa baik ekonomi maupun politik untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka yang standar. Untuk itu mereka memerlukan perlindungan, pembelaan, dan juga pemberdayaan. “Gerakan Tamadduni Masyarakat Sipil” mendedikasikan seluruh aktivitasnya untuk membela dan memperjuangkan kepentingan mereka.
Sedangkan yang kedua adalah kaum mustadh`afien (yang dilemahkan, dikalahkan, dan dipinggirkan). Mereka itu adalah kaum yang memang sengaja dibuat tak berdaya oleh struktur baik struktur ekonomi , struktur sosial, maupun struktur politik. Hal ini biasanya disebabkan oleh apa yang disebut Johan Galtung (1971) sebagai kekerasan struktural (structural violence). Kekerasan ini merujuk pada sebuah upaya sistematis (dan struktural) yang membuat pihak lain teraniaya dan tidak berdaya secara politik, ekonomi, budaya, dan bahkan kelangsungan hidupnya terancam (violence as structure). Misalnya, kaum miskin dengan kualitas hidup yang memprihatinkan akibat kebijakan tripple down effect yang hanya membuat kaya segelintir orang. Kaum yang tidak mempunyai daya saing di dunia kerja akibat akses pendidikan mereka dibatasi dengan mahalnya biaya sekolah. Kaum yang tak lagi punya tempat tinggal atau penghasilan yang memadai akibat penggusuran dan kebijakan-kebijakan politik lainnya. Kaum yang keluarganya diculik dan dibunuh secara sistematis oleh aparat negara. Kaum yang secara sistematis dibuat kelaparan oleh sistem dan kebijakan ekonomi yang menguntungkan kaum kaya dan dikorup oleh kaum birokrat. Misi profetik dari “Gerakan Tamadduni” adalah untuk mebebaskan dan mengentaskan kaum lemah dan terpinggirkan ini dari struktur yang menindas mereka.
Strategi Gerakan HMI:
Di samping HMI bisa menjadi pioneer dalam mengkonsolidasikan kekuatan tamaddun yang berbasis sektor kemahasiswaan dan kepemudaan, ia juga harus dapat menjadi garda depan pembangunan tamaddun yang berbasis lokal. Hal ini bisa dicapai dengan cara HMI mau mendistribusikan dan membasiskan kekuatannya ke wilayah-wilayah (lokal) dimana cabang-cabang HMI menjadi ujung tombak pergerakan. Untuk itu, hal-hal yang berkenaan dengan “lokal” perlu diperhatikan. Istilah “lokal” ini merujuk pada wilayah demografis dimana di sana juga terdapat elemen pemodal, pemerintahan, dan masayarakat sipilnya. Cabang HMI yang merupakan bagian tak terpisahkan dari masyarakat sipil di masing-masing wilayahnya diharapkan mampu melakukan beberapa strategi gerakan di bawah ini:
- Penguatan Visi Lokal.
- Peningkatan Partisipasi Lokal.
Peningkatan partisipasi lokal berarti dua pengertian; pertama, partisipasi kritis, dan kedua, partisipasi kooperatif. Model partisipasi yang pertama dipakai untuk menghadapi pemerintah lokal yang korup, menghamba pada pemodal yang eksploitatif, dan otoriter, sehingga dibutuhkan perlawanan kritis, sistematik, dan bahkan radikal untuk mengubah struktur yang menindas itu. Model partisipasi yang kedua digunakan untuk menghadapi pemerintah lokal yang membutuhkan advokasi politik untuk melawan pemerintah pusat yang otoritarian atau pemodal yang eksploitatif. Lebih dari itu, partisipasi kooperatif (dengan pemerintah lokal demokratik atau pemodal yang humanis) juga bisa diberlakukan untuk agenda-agenda pemberdayaan masyarakat.
- Pengembangan kapasitas dan kompentensi sumberdaya lokal.
Pengembangan kapasitas dan kompetensi mempunyai pengertian bahwa setiap sumberdaya manusia di tingkat lokal mesti memiliki kapasitas dan kompetensi yang dapat diandalkan melalui pemanfaatan dan pengelolaan yang baik atas semua sumberdaya di lokal tersebut. HMI di tingkat cabang dalam hal ini juga dituntut untuk menggembleng dirinya dengan mental kepemimpinan, kompetensi di suatu bidang, dan pengetahuan luas untuk menjadi insan mutamaddin (manusia berperadaban yang arif dan tegas dalam membuat keputusan karena menguasai banyak bidang). Dalam konteks inilah tema “Cabang Berbasis Keilmuan” menemukan relevansinya. Dengan demikian HMI dapat menjadi pioner dalam pembangunan tamaddun di tingkat lokal dengan keunggulan kapasitas dan kompetensinya.
Selasa, 11 Maret 2008
GAGALNYA GERAKAN ISLAM
Namun demikian kucoba menuangkannya dalam puisi.
"Debu-debu yang memeluk Islam" terhempas oleh gelombang perubahan
Bak ombak yang meunculkan buih-buih di lautan
Gelombang perubahan yang melahirkan "Generasi Buih"
yang hanya mampu berapologi dan melihat cela saudaranya sendiri
yang tak tahu menahu kekuatan musuh
Generasi yang menyembah sejarah dan lupa teladan Tuhan
tentang arti keadilan dan kasih sesama manusia
tentang masa depan manusia yang semestinya gemilang
Berpuas diri dengan kegagalan dan kesiaan
kematian di tengah jalan dan kesunyian di dalam penjara
Para martir yang belum tercerahkan
mulut menganga menunggu suapan
Hidup sengsara mendingan mati
melamar bidadari di dalam sunyi
di tengah dentungan suara menggelegar
bukan saja musuh tak berdaya yang mati
peradaban menjadi mati
saudara sendiri pun ikut terkapar
"Perjuangan ini masih panjang Kawan, masih perlu banyak ceceran keringat dan darah yang banyak, masih perlu tengkorak-tengkorak yang mengganjal pondasinya" keluhnya
seakan tak ingat perjuangan Muhammad yang hanya seperempat abad
Bukan ketidak sabaran yang kutawarkan
tapi teladan Nabi lah yang lebih utama
tentang arti kesabaran dan kesyukuran
tentang keikhlasan dan keistiqomahan
tentang kecerdasan dan kecermatan
tentang keberanian dan ketegasan
tentang cinta dan kasih sayang