Belum jadi sih cuma ada pokok-pokok pikirannya aja.
Namun demikian kucoba menuangkannya dalam puisi.
"Debu-debu yang memeluk Islam" terhempas oleh gelombang perubahan
Bak ombak yang meunculkan buih-buih di lautan
Gelombang perubahan yang melahirkan "Generasi Buih"
yang hanya mampu berapologi dan melihat cela saudaranya sendiri
yang tak tahu menahu kekuatan musuh
Generasi yang menyembah sejarah dan lupa teladan Tuhan
tentang arti keadilan dan kasih sesama manusia
tentang masa depan manusia yang semestinya gemilang
Berpuas diri dengan kegagalan dan kesiaan
kematian di tengah jalan dan kesunyian di dalam penjara
Para martir yang belum tercerahkan
mulut menganga menunggu suapan
Hidup sengsara mendingan mati
melamar bidadari di dalam sunyi
di tengah dentungan suara menggelegar
bukan saja musuh tak berdaya yang mati
peradaban menjadi mati
saudara sendiri pun ikut terkapar
"Perjuangan ini masih panjang Kawan, masih perlu banyak ceceran keringat dan darah yang banyak, masih perlu tengkorak-tengkorak yang mengganjal pondasinya" keluhnya
seakan tak ingat perjuangan Muhammad yang hanya seperempat abad
Bukan ketidak sabaran yang kutawarkan
tapi teladan Nabi lah yang lebih utama
tentang arti kesabaran dan kesyukuran
tentang keikhlasan dan keistiqomahan
tentang kecerdasan dan kecermatan
tentang keberanian dan ketegasan
tentang cinta dan kasih sayang
Selasa, 11 Maret 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar